Calistung Bukan Indikator Keberhasilan Belajar Di PAUD
Demak- Masih terdapat miskonsepsi dalam penyelenggaraan pembelajaran di PAUD, diantaranya adalah kemampuan calistung dianggap sebagai suatu bukti keberhasilan belajar. Untuk mengakhiri hal tersebut maka Mendikbudristek memiliki kebijakan yang dituangkan dalam merdeka belajar ke 24 yaitu gerakan transisi PAUD SD menyenangkan.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mendukung gerakan transisi tersebut adalah dengan menghilangkan tes calistung pada proses penerimaan murid baru di SD, menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru, baik PAUD atau SD selama 2 minggu dan dan menerapkan pembelajaran yang membangun 6 kemampuan fondasi anak di PAUD dan SD.
Hal tersebut disampaikan Kabid pembinaan PAUD Dindikbud Demak,Duwi Isnaini, saat acara Talkshow di RSKW, Kamis (18/07/2024).
Duwi menuturkan, calistung diperbolehkan untuk diajarkan di PAUD, tetapi dalam bentuk lain seperti bernyayi, bercerita, intinya memberikan pemahaman dulu pada anak usia dini, berhitung bisa dilakukan dengan bercerita. Karena anak usia PAUD dunianya bernyanyi dan bermain. Anak lulus PAUD bisa calistung hanya bonus bukan keharusan. Dan penerimaan peserta didik baru di SD tidak diperbolehkan menggunakan tes Calistung
“bagi sekolah SD yang masih menerapkan tes Calistung akan kami berikan teguran,untuk sangsi tidak ada, dan di Demak sendiri kami pantau sudah tidak ada,”
Dalam Talksow yang dipandu host Nikhita Ari, Duwi menekankan pentingnya peran orang tua dengan pihak sekolah khususnya guru kelas rendah. Diperlukan kesadaran dari orangtua bahwa anak lulus TK tidak harus bisa Calistung. Hal ini menjadi tantangan yang berat, Pihak SD lebih senang menerima anak yang sudah bisa Calistung. Maka juga dibutuhkan kesadaran dari guru SD kelas rendah bahwa layanan PAUD ditujukan untuk membangun 6 kemampuan fondasi yang ada pada anak.
“6 fondasi yang menjadi tolak ukur diantaranya mengenal nilai agama, yaitu bagaimana anak usia dini dapat mengenal Tuhannya, ketrampilan bahasa, Kematangan emosi,kematangan kognitif, pengembangan ketrampilan motorik, bisa melalui permainan dan pemaknaan terhadap belajar yang positif dimana anak dibuat belajar sangat menyenangkan, tidak menganggap belajar sebagai beban,”pungkas Duwi. (Kominfo/nin)