Debit Sungai Cabean Sempat Capai Siaga 3, BPBD Demak: Kenaikan Cepat, Turunnya Juga Cepat
Demak - Debit Sungai Cabean di Bendung Jragung, Karangawen, sempat meningkat signifikan pada 6 Desember 2025. Berdasarkan laporan petugas posko, pada pukul 16.30 WIB tinggi muka air menyentuh 260 cm, masuk kategori Siaga 3. Kondisi ini jauh di atas batas normal yang berada pada kisaran 50-100 cm.
Namun demikian, BPBD Kabupaten Demak menegaskan bahwa kenaikan tersebut tidak berlangsung lama. Debit air mulai menurun pada pukul 17.30 WIB, dan kembali normal di angka 90 cm sekitar pukul 20.00 WIB.
Hal tersebut di ungkapkan oleh Rezki Sulistyono Soedibyo, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Demak. pada Talkshow yang bertemakan “Waspada Jragung Meluap: Siaga Bencana di Karangawen” di Radio Suara Kota Wali 104.8 FM, di pandu Host Putri Caramel, Kamis, (11/12/2025).
“Walaupun sempat tinggi, masyarakat tidak perlu panik karena penurunannya berjalan cepat. Fenomena ini sempat viral di media sosial dan menimbulkan kekhawatiran, tetapi situasinya tetap terkendali,” kata Rezki Sulistyono Soedibyo.
Lebih lanjut menyampaikan, Dari laporan petugas lapangan, luapan paling tinggi terjadi di bahu kanan Sungai Cabean, tepatnya di Desa Sidoarjo dan Desa Rejosari, Kecamatan Karangawen.
Rezki menjelaskan, luapan air yang terjadi merupakan kombinasi dari faktor alam dan faktor teknis. Faktor alam meliputi, Curah hujan sangat tinggi di kawasan hulu seperti Salatiga dan Ungaran. Sementara Faktor teknis meliputi, Sedimentasi menumpuk di wilayah hilir. Sumbatan sampah pada saluran dan sungai. Tanggul di beberapa titik mulai kritis. Drainase lingkungan yang belum optimal.
“Setiap hujan deras, sampah entah dari mana selalu terbawa ke Demak. Sedimentasi juga terus terjadi karena kiriman lumpur dari hulu yang mengendap di hilir,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut Rezki menegaskan penanganan banjir tidak bisa dilakukan secara parsial, tetapi harus menyeluruh. Perlu langkah-langkah yang dilakukan seperti, Pembersihan saluran dan drainase bersama warga dan pemerintah desa. Penguatan tanggul sementara dengan material yang ada. Pengerukan sedimen di titik kritis. Pemantauan intensif kondisi sungai.
Menurut Rezki, meski pengerjaan tanggul setelah banjir besar awal 2025 sudah dilakukan dan membantu menekan risiko jangka pendek, namun kondisi masih belum sepenuhnya aman.
“Kewenangan sungai berada pada BBWS dan PUPR. Kami terus lakukan koordinasi, tetapi perbaikan tidak bisa selesai dalam waktu cepat,” tegasnya. (Red-kmf/apj).