Sosialisasikan Gempur Rokok Ilegal Dinkominfo Gandeng FK Metra
Demak - Dalam rangka mensosialisasikan gempur rokok ilegal dan menyambut Hari Sumpah Pemuda, dinkominfo menyelenggarakan wayang kulit. Diseminasi informasi melalui gelar seni budaya ini juga dimaksudkan nguri-nguri kebudayaan dan membangun sinergitas antara Pemerintah dan pegiat seni di Kabupaten Demak. Kegiatan Sosialisasi ketentuan dibidang Cukai ini diselenggarakan dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau ( DBHCHT) secara virtual, Rabu (27/10/21) melalui chanel youtube Dinkominfo Demak yang berlangsung dari Panggung Kesenian Dinas Pariwisata Tembiring.
Wayang kulit dengan dalang Ki Ikhsan berjudul Brataseno Kridho hanya berlangsung kurang lebih 2 jam, hal ini mengingat masih ditengah pandemi covid-19.
Kepala Dinkominfo, Endah Cahyarini dalam sambutannya menyampaikan, nguri-nguri kebudayaan merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan.
"Berkepribadian secara berbudaya kalau saya mengartikannya yaitu jati diri itu dibangun dengan mengedepankan seni budaya yang menjadi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia secara lebih utuh. Sehingga kita akan kita akan lebih memiliki cita rasa dan karsa,"kata Endah.
Komunitas yang dibangun ini akan memberikan energi positif pada pelaku dan pegiat seni. Menurutnya, ini penting supaya diseminasi informasi tidak hanya diwujudkan melalui jaringan yang bersifat normatif dan formalistik. Namun juga melalui saluran seni dan budaya semacam ini.
Sementara, Ketua Forum Komunikasi Media Tradisional (FK-Metra), Sutikno mengatakan tema yang diangkat ini menceritakan, Bratasena adalah nama muda Raden Werkudara, ketika masih muda dia pernah mencapai keberhasilan dengan membabat hutan Mertani Wilayah Astina yang kemudian menjadi sebuah negara yang bernama Amarta, Raden Bratasena beristerikan dewi Arimbi menurunkan putra Raden Gatutkaca.
Lebih lanjut, Sutikno menjelaskan istri kedua Raden Werkudara yaitu Dewi Nagagini menurunkan Raden Hanantareja dan yang terakhir dengan Dewi Batari Urangayu, menurunkan Raden Antasena. Bratasena punya senjata kukupancanaka, gada rujakpolo dan punya panakawan angin, dan kalau ketika Bratasena berjalan diikuti oleh angin karena ia jadi siswa Batara Bayu.
"Jadi intinya pagelaran wayang kali ini menceritakan bagaimana Brotoseno membangun kerajaan Amarta,"pungkasnya. (Kominfo/ist/put).