DARI SAMPAH, BENCANA APA ISTANA

Sampah. Mendengar namanya saja orang mungkin sudah merasa illfeel. Apalagi jika sampah ada di sekelilingnya. Hampir setiap orang bisa merasa jijik, kemudian memalingkan wajah, menutup hidung, lalu menghindar. Kenapa begitu? Karena selain membuat lingkungan terkesan kumuh, sampah sangat berpotensi menjadi biang masalah di lingkungan masyarakat, menimbulkan penyakit, bahkan bencana.

Sampah yang merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses (Wikipedia) memang tak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tanpa disadari setiap saat manusia selalu memproduksi sampah dengan jumlah yang tidak sedikit dan jenisnya pun beragam. Banyaknya sampah yang diproduksi tersebut tentu saja perlu mendapatkan perhatian khusus. Jika tidak maka dampak buruk terhadap kehidupan manusia pun tak bisa dihindarkan.

Salah satu bentuk perhatian Pemerintah terhadap permasalahan sampah adalah dengan  menetapkan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) pada tanggal 21 Februari 2005. Penetapan HPSN tersebut untuk mengenang peristiwa di Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat pada 21 Februari 2005. Penetapan HPSN sangat beralasan, karena pada peristiwa Leuwigajah sampah menjadi mesin pembunuh yang merenggut nyawa lebih dari 100 jiwa. Peristiwa tersebut terjadi akibat curah hujan yang tinggi dan ledakan gas metana pada tumpukan sampah. Akibatnya 157 jiwa melayang dan dua kampung (Cilimus dan pojok) hilang dari peta karena tergulung longsoran sampah yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir Leuwigajah (dlh.kendalkab.go.id). Dengan HPSN yang diperingati setiap tahun diharapkan masyarakat ingat dan sadar bagaimana harus menjaga kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan serta bergaya hidup bersih dan sehat untuk mencapai hidup yang sejahtera.

Kota dan Desa

Permasalahan sampah bisa terjadi di mana-mana. Tak hanya di lingkungan perkotaan, namun permasalahan tersebut juga sangat berpotensi terjadi di pedesaan.

Di daerah perkotaan misalnya. Meskipun penataan wilayah lebih rapi, namun bukan berarti bebas dari masalah sampah. Karakter warga kota yang cenderung individual justru seringkali menganggap bahwa sampah sudah bukan urusannya lagi apabila berada di luar rumahnya. Sikap yang seperti ini tentunya akan berdampak buruk terhadap keberadaan sampah di lingkungan perkotaan. Meskipun di lingkungan perkotaan utamanya di lingkup perumahan hampir sebagian sudah terfasilitasi dengan adanya tempat pembuangan sampah, namun jika sikap individual dan tidak peduli masih melekat, maka bukan tidak mungkin akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan.

Belum lagi terkait sampah yang dihasilkan oleh para pedagang, baik itu pedagang pasar, pedagang kaki lima, dan pedagang-pedagang yang ada di pinggir jalan. Terkadang kesadaran serta rasa handarbeni mereka juga masih minim. Tak sedikit pedagang yang membiarkan bekas dan sisa daganganya berserakan. Hal demikian juga berdampak terhadap kebersihan dan keindahan kota, serta berpotensi memunculkan bibit penyakit dan bencana.

Jika di perkotaan sebagian sudah terfasilitasi tempat pembuangan sampah, di daerah pedesaan tidak demikian. Rata-rata baru sedikit pemerintah desa yang sudah membangun tempat pembuangan sampah bagi warganya. Padahal, tidak adanya tempat pembuangan sampah di desa sebenarnya sangat merepotkan warga. Karena tidak semua warga desa memiliki lahan yang cukup untuk membuat sebuah tempat pembuangan sampah. Dengan kondisi yang demikian, akhirnya sebagian warga abai terhadap sampah dan membiarkan berserakan di lingkungannya, dan sebagian lagi mencari tempat umum untuk membuang sampah. Seperti di pinggir jalan, lahan milik warga yang kosong, pinggir sungai, atau bahkan ada yang membuang sampah ke sungai. Situasi yang seperti ini tentu saja sangat tidak mengenakkan. Sampah yang dibuang sembarangan oleh warga tersebut sangat berdampak terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan, kesehataan warga, serta bencana banjir.

Untuk warga pedesaan yang sudah terfasilitasi tempat pembuangan sampah pun bukan berarti sudah bebas dari masalah sampah, karena tidak dilakukan pengolahan. Akibatnya tempat pembuangan menjadi gunung sampah yang memunculkan bakteri, lalat dan berbagai  binatang lain yang berpengaruh buruk bagi lingkungan dan kesehatan warga.

Mengingat begitu kompleksnya permasalahan sampah di lingkungan masyarakat, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pencegahan dan pengelolaan sampah.

Pencegahan

Mencegah atau menekan terbentuknya sampah tentu lebih baik dari pada mengolah atau memusnahkan sampah. Upaya yang dapat dilakukan untuk menunjang langkah tersebut diantaranya adalah warga dalam mengkonsumsi makanan sebaiknya dengan menggunakan bahan baku masakan/minuman berkualitas baik untuk menghindari sisa makanan/minuman. Kemudian warga juga dapat menghindari penggunaan kemasan secara berlebih, atau bila memang diperlukan kemasan bahan bakunya dipilih yang mudah dimusnahkan.

Pengelolaan

Apabila upaya pencegahan sudah dimaksimalkan namun hasilnya belum optimal, maka dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah menurut Wikipedia merupakan kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan melakukan pemilahan atau pengelompokan sampah, pemanfaatan sampah sesuai jenisnya, dan penyediaan sarana prasarana pembuangan sampah.

Pilah sampah

Pemilahan sampah memang harus dilakukan apabila sampah akan benar-benar dikelola. Caranya, sampah dipilih atau disortir sesuai jenisnya agar memudahkan dalam pengelolaannya. Jenis sampah di lingkungan masyarakat sendiri terdiri dari sampah organik dan anorganik. Untuk sampah organik, bisa berupa dedaunan, ranting pohon, sisa makanan, dan sebagainya. Kemudian untuk sampah anorganik contohnya adalah botol plastik, stereofoam, kardus, dan benda yang terbuat dari logam.

Untuk memaksimalkan pemilahan sampah, ketersediaan tempat sampah dengan jenis yang berbeda juga perlu dipersiapkan. Jika tempat sampah dengan jenis yang berbeda sudah ada dari awal, tentu saat membuang sampah sudah dipilah sesuai kategori sampahnya. Hal tersebut akan memudahkan dalam proses pengelolaannya. Namun jika pemilihan sampah dilakukan di akhir, maka akan cukup merepotkan. Karena aneka jenis sampah sudah tercampur jadi satu.

Pemanfaatan sampah

Setelah dilakukan pemilahan sampah sesuai jenisnya, pemanfaatan sampah sudah mulai bisa dilakukan. Pertama, sampah organik. Jenis sampah organik adalah sampah dari bahan-bahan hayati yang bisa didegradasi oleh mikroba, bersifat biodegradable atau mudah diurai. Karena mudah diurai, sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pengembangbiakan budidaya maggot atau larva dari Black Soldier Fly (BSF). Maggot merupakan binatang pengurai sampah yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, seperti pakan ikan, burung, ayam, bebek dan sebagainya. Dalam prosesnya sampah yang telag dirajang dilakukan fermentasi, kemudian dimasukkan ke dalam tempat yang telah berisi maggot. Proses mengurai sampah oleh maggot ini bisa berlangsung lebih cepat, karena hanya dengan satu kilogram maggot, mampu mengurai lima kilogram sampah organik. Jadi pengelolaan sampah organik dengan pengembangbiakan budidya maggot ini banyak manfaatnya. Selain penguraian sampah bisa lebih cepat, dari proses tersebut akan menghasilkan kompos yang dapat menyuburkan tanaman. Kompos pun bisa memiliki nilai jual. Maggot juga dapat dijual dengan nilai ekonomis tinggi,.

Kedua, sampah anorganik. Sampah anorganik rata-rata adalah sampah yang berasal dari bahan non hayati termasuk produk sintetis dan hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang dan memiliki sifat tidak mudah diurai. Pengolahan sampah anorganik dapat dilakukan dengan menerapkan sistem 3R (reuse, reduce, dan reycycle). Reuce artinya menggunakan kembali sampah anorganik yang masih bisa berfungsi. Reduce berarti mengurangi penggunaan barang sekali pakai. Recycle berarti mendaur ulang sampah anorganik menjadi benda-benda bermafaat dan memiliki nilai baru. Tak beda dengan sampah organik, sampah anorganik juga memiliki nilai ekonomis tinggi apabila dilakukan pengelolaan dengan sungguh-sungguh.

Mengingat nilai ekonimis dari sampah, pembentukan bank sampah juga sangat memberikan manfaat bagi warga. Dengan adanya bank sampah, warga penghasil sampah dapat menjadi nasabah dengan cara menyetorkan sampah hasil produksinya ke bank sampah tersebut. Setiap sampah yang disetor warga dapat dicatat dalam buku tabungan layanya bank pada umumnya dan dicantumkan nilai jual sampahnya tersebut.  Kemudian hasil tabungan dapat diberikan secara berkala. Dengan begitu, selain lingkungan bersih warga juga memiliki tabungan dari sampah yang mereka hasilkan.

Penyediaan Sarana Prasarana

Masalah sampah sebenarnya adalah masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah di segala tingkatan. Karena itu langkah strategis pencegahan, pengolahan dan penanggulangan sampah ini harus betul-betul dilakukan. Koordinasi antar lembaga pemerintahan hingga tingkat terkecil (desa) juga sangat dibutuhkan, agar visi misi yang sama tersampaikan dan upaya pencegahan pengolahan dan penanggulangannya pun dapat dilakukan di seluruh tingkatan.

Sosialisasi atau penyuluhan dari pemerintah tentang pentingnya penciptaan lingkungan yang bersih dan sehat, serta pemberian informasi terkait dampak negatif dari sampah juga penting, agar upaya pencegahan sampah dapat dilakukan sedini mungkin. Begitu pula sosialisai dan pelatihan terkait pengolahan sampah juga perlu disampaikan ke semua elemen masyarakat. Agar masyarakat tidak hanya berpandangan bagaimana cara membuang sampah, namun juga memiliki inovasi untuk mengolah sampah sehingga mampu meningkatkan pendapatannya.

Selain itu penyediaan sarana prasarana juga menjadi sebuah keharusan. Seperti tempat sampah, tempat pembuangan sampah, tempat pengelolaan sampah, serta peralatan dan perlengkapan pengelolaan sampah. Jika pemerintah mengalokasikan anggaran untuk sarana prasarana tersebut, masyarakat tentu saja akan berpikir untuk memanfaatkan fasilitas tersebut.

Jika tempat sampah tersedia misalnya, masyarakat tentu akan memanfaatkan fasilitas tersebut dan tidak membuang sampah sembarangan. Kemudian penyediaan tempat pembuangan sampah juga sangat penting, karena tidak semua sampah bisa diolah dan dimanfaatkan, namun harus dimusnahkan. Untuk sampah yang demikian butuh tempat untuk pembuangan sampah.

Selanjutnya tempat pengelolaan sampah. Tempat atau lahan pengelolaan sampah juga perlu mendapatkan fasilitas. Hal ini dapat menjadi stimulan bagi warga untuk mengembangkan pengelolaan sampah. Sarana prasara lain yang perlu disediakan adalah peralatan atau perlengkapan sampah, seperti alat perajang sampah, kendaraan pengangkut sampah, mesin pengolah sampah, dan sebagainya.

Dalam mengatasi permasalahan sampah dibutuhkan keterlibatan banyak pihak. Kesadaran masyarakat sangat penting, pun demikian dengan perhatian dari pemerintah. Jika tiap unsur bersatu padu dan bahu membahu maka impian memiliki lingkungan yang bersih, sehat, dan masyarakat sejahtera dapat terwujud. Karena sejatinya sampah bisa menjadi “bencana”, namun bisa juga menjadi ladang untuk membangun “istana”. (Penulis adalah Warga RT 03 RW 03 Desa Ngelowetan Kecamatan Mijen Kabupaten Demak)

Oleh : Hastin Atas Asih 

Tags demak

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN DEMAK
Alamat : Jl. Sultan Hadiwijaya No. 4 Demak 59515
Telephon : 0291 – 685790
Email : dinkominfo@demakkab.go.id

pse

LOKASI

Statistik Kunjungan

Sedang Online : 13
Kunjungan Hari Ini : 238
Kunjungan Bulan Ini : 26816
Kunjungan Tahun Ini : 172783

Ikuti Kami