Demak - Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada dibawah standar. 

Olivia Nazula Antaloka Petugas Gizi Puskesmas Demak II saat menjadi narasumber di RSKW 104.8 FM yang bertemakan Analisis situasi penanganan stunting Puskesmas Demak II, Kamis, (9/12/22), menjelaskan bahwa faktor yang berperan terjadinya stunting ini akibat infeksi, lingkungan, dan nutrisi. Adapun dampak dari stunting yakni gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik, serta gangguan metabolik. 

Dalam kesempatan tersebut dirinya juga menjelaskan bahwa pencegahan stunting dapat di lakukan dengan cara memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 (enam) bulan, selanjutnya dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) Sehat, terus memantau tumbuh kembang anak, dan jaga kebersihan lingkungan.

"Solusinya bisa dengan rapat koordinasi untuk monitoring dan evaluasi tiap 3 bulan, kemudian desa harus menganggarkan dana untuk kegiatan rumah gizi, desa harus menganggarkan dana untuk kader stunting, kemudian melakukan refreshing kader, koreksi rencana anggaran desa oleh pak camat agar sesuai dengan ketentuan."

Lanjutnya, Penganggaran dana desa untuk pembelian alat penimbangan dan pengukuran tinggi badan sesuai standar. Membuat menu PMT (pemberian makanan tambahan) yang menarik dan bergizi. Penyuluhan tentang gizi dan pola asuh kepada masyarakat dan Pelayanan posyandu sore hari atau di hari minggu.

Olla menjelaskan bahwa di Puskesmas Demak II mempunyai inovasi yang di kembangkan untuk percepatan dan penurunan angka stunting yakni Pecah Ranting (Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting). 

"Pecah Ranting merupakan inovasi yang dikembangkan karena banyaknya angka stunting di wilayah Puskesmas Demak II. Pada tahun 2021 prevalensi stunting di wilayah Puskesmas Demak II yaitu sebesar 7,56%. Pecah Ranting ini memperkuat kegiatan yang sudah ada yang merupakan kolaborasi, koordinasi dan sinergi antara Dinkes, Puskesmas dan Pemerintahan Desa." Ungkap Olla. 

Sementara itu terdapat 5 (lima) kegiatan pecah ranting yaitu Rumah Gizi Bumil dan Balita, Penguatan Posyandu Balita dan Posyandu Remaja, Pemberdayaan Kader Stunting, Pemberdayaan Tim Stunting Puskesmas, dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT).

Berdasarkan data hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021 Indonesia memiliki prevalensi stunting sebesar 24,4% menunjukkan prevalensi balita stunting di Indonesia yang masih tinggi. 

Di Provinsi Jawa Tengah memiliki prevalensi stunting sebesar 20,9% angka ini lebih kecil dibandingkan Nasional, sedangkan di kabupaten Demak memiliki prevalensi stunting sebesar 25,5%. 

Berdasarkan data penimbangan serentak tahun 2021 Puskesmas Demak II memiliki prevalensi stunting sebesar 7,56%. Dengan jumlah stunting di puskesmas Demak II pada tahun 2020 berjumlah 273, tahun 2021 jumlah 192, tahun 2022 jumlah 134.

"Inovasi ini berdampak signifikan terhadap penurunan angka stunting, selain itu masalah gizi buruk juga dapat diatasi sedini mungkin. Sehingga dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Dibuktikan dengan menurunnya angka stunting secara signifikan yaitu yang semula 7,56% menurun menjadi 5,27%." Jelasnya. 

Olla menegaskan agar warga masyarakat Kabupaten Demak dapat melakukan upaya pencegahan stunting dengan maksimal. 

"Pencegahan stunting lebih baik dilakukan daripada mengobati stunting. Upaya pencegahan stunting harus dimulai sejak masa periode ibu hamil. Stunting adalah masalah bersama yang perlu diselesaikan secara bersama yang perlu dilibatkan berbagai pihak, baik dari puskesmas, desa, masyarakat dan lintas sector lainnya. " Pungkasnya. (Kominfo/Apj).