Pendapatan Negara Tidak Harus Mengandalkan Cukai
Demak- Direktur departemen ilmu Sosial Drs. Yuwanto, M.Si., Ph.D menilai bicara rokok dari sisi kesehatan sangat panjang jika di perdebatkan namun dirinya lebih fokus menyoroti cukai dan implikasi ekonominya. Yuwanto menyayangkan jika saat ini pemerintah Indonesia masih menganggap cukai sebagai andalan pendapatan negara.
"Saya menyesalkan kalo pemerintah masih menggunakan cukai sebagai instrumen andalan Pendapatan negara , itu ndeso. Banyak negara lain yang sudah tidak mengandalkan pendapatan negara dari cukai", terang Yuwanto.
Sebab lanjut Yuwanto, kesannya negara bukan hanya tidak konsisten tapi juga mengorbankan kesehatan rakyatnya, bahkan membayar harga yang jauh lebih mahal dari pendapatan cukai rokok.
Ini justru tantangan bagi pemerintah sebab negara kita sangat kaya raya dan pemerintah bisa lebih berkreatif.
Hal ini disampaikan Yuwanto, M.Si., Ph.D saat Program Acara Bincang Pagi
dengan Tema Never The End : Diplomasi Tembakau, Rokok, Serta Cukai disalah satu program RSKW 104.8 FM, Rabu ( 27/10/21).
Acara bincang pagi yang disiarkan langsung life streaming you tube ini juga dihadiri nara sumber lainya Dr. Eko Handoyo, M.Si Wakil Direktur 2 Pasca Sarjana UNNES. Acara dipandu langsung Jayanto Arus Adi dari dewan pers sebagai Host bincang pagi.
Sementara Dr. Eko Handoyo, M.Si Wakil Direktur 2 Pasca Sarjana UNNES menyampaikan, kenaikan cukai salah satunya bertujuan agar dapat berkontribusi pada pendapatan negara bisa tinggi dan juga untuk pajak.
" Kenaikan cukai juga bertujuan untuk kontribusi pada pendapatan negara bisa lebih tinggi juga untuk pajak. Ini dilakukan juga untuk menekan jumlah perokok. Namun konsumen malah mencari alternatif rokok lain seperti rokok ilegal tanpa cukai resmi. Meskipun rokok ilegal terus disita oleh bea cukai namun juga masih tumbuh" Kata Eko Handoyo. ( Rdy)