Demak – Leptospirosis merupakan salah satu zoonosis yang ditrularkan melalui kencing tikus yang erat hubungannya dengan sanitasi lingkungan masyarakat. Di Kabupaten Demak merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki kasus leptospirosis yang disertai dengan angka kematian, hampir setiap tahunnya di 12 Kecamatan. Penularan penyakit tersebut ke manusia dan hewan di wilayah ini diketahui akibat kontak dengan tanah dan air (air buangan kamar mandi, air sungai dan air tanah) yang telah tercemar bakteri leptospirosis dari kencing tikus.

Menurut Tri Handayani, Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kabupaten Demak saat Rakor Kelompok Kerja tentang Pencegahan zoosinosis menyampaiakan, penularan penyakit dari kencing tikus kemanusia akibat adanya genangan air di tanah, misalnya banjir.

“Genangan banjir dilingkungan permukiman merupakan campuran air kotor yang sudah dipastikan sudah tercampur dengan kencing tikus dan kotoran lainnya. Dari banjir tersebut bakteri masuk melalui luka yang ada dikulit, biasanya melalui kulit di kaki seperti kutu air dan luka lainnya. Nah apabila masyarakat yang telah terkena genangan air banjir atau air disawah setelah selesai untuk segera membersihkan dengan air bersih dan sabun, sebagai upaya pencegahan awal,” kata Tri Handayani, Senin (22/01/24).

Selanjutnya dijelaskan, untuk menghindari munculnya tikus di lingkungan rumah, hendaknya warga secara rutin dapat membersihkan lingkunga, menghindari adanya tumpukan barang bekas dan membuat saluran sanitasi yang baik.

Untuk data, kasus leptospirosis di Kabupaten Demak dari tahun 2022 jumlah penderita 42 orang, meninggal 13 orang. Sedangkan data tahun 2023 kemarin, jumlah penderita sebanyak 53 orang, meninggal 6 orang. (kominfo/rd/ist)